Aku mendengar seorang filsuf
kenamaan dari perancis berkata “Cogito ergo sum” yang berarti “Aku berfikir
maka aku ada”
"Apa saat ini aku sedang berfikir?"
"Sejak kapan aku mulai berfikir?"
"Apa yg membuatku berfikir?"
Aku pun terus bertanya tanya, mengira ngira, mencari cari
jawaban yg logis dan lebih dalam.
“Apa yg
pertama kali tuhan ciptakan sebelum ada semua ciptaannya?” muncul
pertanyaan yg menurutku mengecilkan kedudukan tuhan sebagai penguasa langit dan
bumi. Aku pernah mendengar riwayat bahwa ciptaan yg pertama kali tuhan ciptakan
adalah kekasih-Nya, kebanggaan-Nya, kepercayaan-Nya, keagungan-Nya. “Mengapa tuhan
menciptakaan ciptaan-Nya ini?” menurutku dari sinilah awal penciptaan alam
semesta.
Dari ciptaan-Nya yg agung ini tuhan menciptakan alat untuk
menulis, buku semesta, dan tempat tinggal tuhan sendiri, lalu tuhan pun menulis
di depan pintunya dengan tulisan “tiada tuhan selain AKU dan Kekasih-KU adalah
utusan-KU” kemudian tuhan menulis lagi
dibukunya “Dengan nama-KU yg maha pengasih lagi maha penyayang”. “ Aku pun
membayangkan seperti apa buku itu?” aku pun mendengar bahwa tuhan menulisnya
dalam waktu yg sangat lama. Aku melihat bahwa buku itu sangat besar dan tinggi
sekali, tidak akan sebanding dengan bimasakti ini, pikirku. Hilangkan semua ini
karena aku tidak akan tahu.
Aku pun mulai membayangkan ruang
tulisan dibuku itu yg bertuliskan “Dengan nama-Ku yg maha pengasih lagi maha
penyayang“, mungkin karena waktu yg lama dari penulisan tulisan itu tercipta
ruang yg luas dan besar, ruang ruang yg tercipta itu mungkin menjadi alam
semesta, “betapa
luas dan besarnya tulisan itu” Aku tidak akan pernah bisa membayangkan sebesar apa tulisan itu,
Kembali aku berpikir tentang
tubuhku ini yg mungkin tidak terlihat dari alam semesta. Didalam tubuh ini
aku memiliki banyak ruang kosong untuk diisi, aku beranggapan bahwa tubuh
ini adalah miniatur dari alam semesta, tentunya dengan skala yg sangat jauh
berbeda.
Kemudian waktu, waktu saat ini tidak
ada apa apanya dibandingkan dengan usia bumi 4.5 milyar tahun, mulai dari awal
peradaban manusia hingga 2015 sekarang ini, tidak akan sampai 4.5milyar tahun.
Aku mengambil perumpamaan sebuah
buku harian, disana ada garis horizontal (mendatar) yg mengartikan waktu dan
garis vertikal (tegak lurus) yg mengartikan ruang, setiap hari aku menulis buku
itu, disana tertera hari, bulan, hari hari besar dunia, dan kata kata bijak yg
biasa aku dengar dibagian paling bawah. Ruang
Waktu tidak terpisah, aku dengar Einstein
mengatakan bahwa seluruh peristiwa yang terjadi di masa lalu, di waktu
sekarang, dan di masa yg akan datang, sebenarnya terjadi secara berbarengan di
dalam rangkaian ruang waktu. Karena semua makhluk berada dalam ruang besar yang
sama, kita berada dibumi, bumi berada dibimasakti, yg merupakan satu dari
bermilyar milyar galaksi dialam semesta. Sedangkan waktu, aku masih berada
dalam satu waktu (masa lalu, waktu sekarang, dan masa depan) sampai nanti akan
habisnya waktuku. Kembali ke miniatur alam semesta (diriku), ketika aku
mempunyai ruang, aku akan diberikan waktu yg membatasiku, maksudku aku(tubuh eksisku)
mempunyai waktu dimana tubuh ini akan kembali ke tanah seperti awal penciptaan
manusia dan menjadi makanan untuk makhluk makhluk ditanah, kecuali sesuatu yg
sedang menggerakan tanganku ini, ia tidak akan pernah mati karena ia lah
sesuatu yg mengolah tubuh ciptaannya, dialah ciptaan yg pertama kali diciptakan
sang pencipta.
Bangun dipagi ini, aku sudah
ditentukan oleh waktu, aku pernah mendengar orang bertanya “dimana tuhan itu
berada?”. Seseorang mengatakan bahwa tuhan berada didalam urat nadi kita,
seorang lain menjawab dengan bertanya kepada si penanya, sambil menunjuk kearah
sebuah meja dia bertanya kepada sipenanya “siapa yg membuat meja itu?” yg bertanya
menjawab “dia adalah tukang meja”, yg ditanya menjawab lagi “yaa itu adalah
tuhan dari meja ini”. Aku memiliki jawaban yg berbeda bila pertanyaan itu
ditanyakan kepadaku, aku akan menjawab bahwa kita sedang berada didalam tuhan,
kita hidup diwaktu-Nya, diruang-Nya, ditakdir-Nya.
Aku tahu bahwa saat ini aku sedang
berfikir karena sebelum aku berada didunia ini pun aku merupakan ide, lantas
apa yg membuatku berfikir? Karena tuhan ber-ide yg membuatku berfikir.